Rabu, 21 November 2012


Kala Mimpi yang Terkubur Bangkit Kembali Bersama Waktu

SurelCetakPDF

Dalam hening disepertiga malam, ada senyum dan ada tangis yang menghiasi renunganku. Waktu yang paling tepat untuk aku merasakan nikmat Allah yang begitu besar dalam perjalanan hidup yang pernah kurasakan berat dan pernah menghadirkan kesan bahwa Allah tak adil. Tapi setelah 8 tahun berlalu, baru kusadari bahwa aku salah dalam mengartikan pesan yang Allah sampaikan.
Delapan tahun yang lalu ketika aku duduk di kelas 3 SMA, putus asa sempat kurasa. Aku yang mempunyai cita-cita untuk masuk diperguruan tinggi Negeri dan mengambil jurusan MIPA Kimia harus menguburkan keinginan itu dalam-dalam. Alasan biaya yang membuat aku menghentikan langkahku.
''Ratih, ini ada formulir PBUD dari Universitas Mulawarman untuk siswa yang masuk 10 besar selama sekolah disini'' ucap guru BK dengan wajah antusias.
''Iya bu, Insya Allah'' jawabku singkat dengan penuh keraguan.
Aku ragu karena ketidakmampuan orang tuaku untuk membiayai kuliahku. Hingga keesokan harinya dengan memberanikan diri dan menahan tangis aku menghadap guru BK diruangannya untuk mengurungkan niatku. Berbagai cara dan nasihat diberikan kepadaku agar aku mau mengisi formulir ini. Meskipun yakin aku bisa masuk di Universitas itu tanpa tes,tapi aku tak yakin bahwa aku dapat membayar kuliah nantinya. Dengan berat hati aku tetap pada pendirianku untuk tidak mengikuti PBUD. Meski dapat kubaca gurat kekecewaan yang terlihat dari wajah guruku, tapi aku tidak boleh egois. Bagaimana mungkin aku dapat tenang belajar jika bayangan orang-orang rumah yang kekurangan selalu menghantuiku.
Satu tahun kulewati hariku hanya di dalam rumah, tanpa ada hal yang berarti. Dan untuk mendapatkan penghasilan aku menjadi tukang ojek tetanggaku yang duduk di TK. Yang paling membuatku sedih adalah ketika musim libur kuliah, dikala berkumpul bersama teman-temanku, mereka dengan semangatnya menceritakan pengalaman kuliah, sedang aku hanya duduk diam mendengarkan cerita mereka.
Tapi aku tak pernah berhenti berdoa, untuk kebaikan perjalanan hidupku. Meski aku sudah tidak berani bermimpi untuk menjadi sesuatu, tetapi aku masih berharap yang terbaik untuk hidupku. Dalam setiap doa, aku hanya meminta untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Untuk keinginan menuntut ilmu aku terus berdoa agar Allah memberiku jalan untuk dapat kuliah dengan biaya sendiri.
Aku yang tak lagi memiliki cita-cita, menjadi orang yang tak tahu arah, yang hanya mengandalkan amarah dalam setiap masalah. Menjadi orang egois dalam rumah sendiri, menjadi pemberontak dalam aturan yang dibuat orang tua. Tapi aku tidak pernah berfikir untuk melakukan hal-hal negatif dalam keadaanku yang putus asa. Setiap apa yang kulakukan selama tidak melenceng dari aturan agama akan aku jalani meskipun mendapat rintangan dari orang tua. 
Hingga suatu saat, kakak ipar membawakanku sebuah formulir untuk mengikuti kuliah di Universitas Terbuka. Ketika ku lihat jurusan yang tertera disitu, spontan aku berkata
''Saya tidak mau kuliah disitu, karena saya tidak mau jadi guru''.
Tetapi dengan penuh keyakinan, tidak hanya orang tua dan kakak iparku, tetapi keluarga besarku memberi penjelesanan panjang lebar, akhirnya aku mau mengikuti. Aku hanya tidak mau menambah sakit hati orang tuaku dan mengecewakan keluarga besarku. Ketika itu pula aku mendapat tawaran untuk bekerja menjadi penjaga perpustakaan.
Kuliah kujalani dengan sungguh-sungguh, pekerjaanpun kujalani dengan penuh tanggung jawab. Meskipun keduanya adalah hal yang tidak ku suka, dan hanya kujalani sebagai bentuk tanggung jawabku kepada orang tua.
Selepas menyelesaikan D2 PGSD, aku mendapatkan tempat mengajar. Dan tepat ketika itu pula ada tes masuk di Universitas yang dulu menjadi impianku. Inilah saatnya aku beraksi, mengikuti tes dan dengan penuh harap untuk dapat masuk, jika masuk disini, aku tidak perlu memikirkan biaya kuliah, karena semua biaya ditanggung oleh pemerintah.
Sebulan setelah tes, ternyata namaku tidak ada pada jurusan PGSD. Aku pasrah atas keadaan ini, berarti Allah tidak menghendaki aku untuk dapat mengikuti program ini. Aku mulai mencari universitas lain, meskipun swasta, yang terpenting aku harus jadi sarjana dengan biaya kuliah sendiri. Tetapi saat awal kuliah kepala dinas menghubungiku bahwa aku masuk di jurusan Pendidikan Biologi. Sesuatu yang tidak aku suka, dan aku hindari, awalnya aku berniat untuk mundur, tetapi keluarga melarangku. Kujalani hari-hariku dengan penuh semangat meskipun tidak kusuka. Karena aku yakin ada rahasia Allah dibalik semua ini.
Sampai pada tahap pembuatan skripsi, dengan serius aku mengerjakannya. Alhamdulillah ketika seminar 1 aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Sampai pada tahap ujian skripsi, aku dan 5 orang temanku menghadapi dosen dengan penuh percaya diri. Saat itu dari 3 jurusan hanya 6 orang yang bisa mengikuti ujian skripsi. Jurusan PGSD tersendat karena ada masalah di program studi. Jurusan Penjas masih pada tahap penyusunan proposal. Aku melangkah pasti dan dengan lancar menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dosen. Ketua program studi menyatakan aku lulus dan berhak menyandang gelar S.Pd dibelakang namaku.
Butiran bening menitik di sela kedua mataku. Meskipun alirannya tak deras tapi cukup menggunjang tubuhku. Ku peluk teman-teman seperjuanganku, ku cium semua tangan dosen dan aku melangkah pasti dengan keberhasilanku. Dengan impian yang sempat kukubur 7 tahun yang lalu bersama ketidak mampuanku. Ku bawa kedua orang tuaku untuk menghadiri prosesi wisuda.
Dan 1 bulan setelah wisuda, ada pengumuman bahwa guru THL (Tenaga Harian Lepas) yang tidak memiliki ijazah S1, maka tidak dapat melanjutkan kontrak. Allahu Akbar, betapa indah rahasia Allah. Allah memberikan apa yang tidak aku suka tetapi aku jalani dengan sungguh-sungguh, hingga Allah memberikan hadiah indah untukku. Ternyata tidak ada salahnya mengikuti kehendak orang tua meskipun bertolak belakang dari keinginan kita. Sehebat apapun aku, sekuat apapun keinginanku dan sebesar apapun kemampuanku, tanpa ridho orang tua, mungkin hidupku tak akan setenang saat ini.
Kini aku mengikuti program pascasarjana jurusan Manajemen Pendidikan, yang sebenarnya juga belum aku inginkan karena aku masih harus membiayai adikku yang kuliah. Tetapi ini jalan yang diberikan oleh Allah. Aku harus menjalaninya karena Allah bersamaku. Janji Allah akan aku dapatkan karena semua akan indah pada waktunya jika kita menjalani sesuatu dengan bersungguh-sungguh, meskipun apa yang kita dapat tidak sesuai dengan doa yang kita panjatkan. Yang terpenting adalah istikharah setiap hari, saat ada pilihan ataupun tidak ada pilihan, dan mintalah yang terbaik untuk kehidupan.  Hal ini aku sadari setelah aku menemukan pada surah Al­-Baqarah ayat 216 yang artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Keluarga dan tetangga yang dulu menyepelekan aku. Aku yang hanya anak seorang penjaga malam disebuah perusahaan dan ibunya tidak bekerja. Yang mereka fikir tidak akan menjadi apa-apa karena kemiskinan, kini telah menjadi seseorang yang juga mempunyai profesi dan penghasilan. Perjalanan hidup membuatku menjadi manusia yang berusaha untuk kuat menghadapi terpaan hidup dan menjadi pejuang tangguh untuk diriku sendiri dan keluarga. Fitnah dan kucilan yang pernah aku alami membuat aku untuk berusaha merubah diri menjadi manusia yang terbaik, dan menjadi manusia yang berusaha agar bermanfaat untuk orang lain. Semoga mimpi-mimpi lain dapat ku raih bersama Ridho Allah.. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar